Kehidupan tentang Papua, yang menggambarkan kehidupan nyata rakyat kurang tersentuh oleh pemerintah kita, dari keadaan itu terlihat dari keadaan sosial ekonomi, dan pendidikannya yang serba kekurangan dan serba terbatas.
Di sebuah tempat yang jauh di perbatasan, hidup sekelompok komunitas yang jumlahnya tidak terlalu banyak dari beberapa KK, tersorot keadaan yang natural dengan keterbelakangan sosial ekonomi.
Masyarakat Papua tersebut dalam dunia pendidikan begitu memprihatinkan, betapa tidak, sampai usia remaja menjelang dewasapun mereka belum pandai membaca.
Ini adalah record wawancara reporter sebuah stasiun TV swasta dgn peserta didik beragam usia mulai dari anak-anak hingga dewasa disebuah gubuk tempat belajar mengajar oleh seorang relawan yg murah hati mengorbankan waktu untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuannya bagi rakyat papua:
Di sebuah tempat yang jauh di perbatasan, hidup sekelompok komunitas yang jumlahnya tidak terlalu banyak dari beberapa KK, tersorot keadaan yang natural dengan keterbelakangan sosial ekonomi.
Masyarakat Papua tersebut dalam dunia pendidikan begitu memprihatinkan, betapa tidak, sampai usia remaja menjelang dewasapun mereka belum pandai membaca.
Ini adalah record wawancara reporter sebuah stasiun TV swasta dgn peserta didik beragam usia mulai dari anak-anak hingga dewasa disebuah gubuk tempat belajar mengajar oleh seorang relawan yg murah hati mengorbankan waktu untuk memberikan sumbangsih ilmu pengetahuannya bagi rakyat papua:
“Kita tinggal di Negara?” "Indonesia !" jawab peserta didik serempak
“Siapa Kepala negaranya?”…mereka hening.. tidak ada yang menjawab.
“Siapa Bapak Presiden kita?”… mereka senyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Bapak Presiden yang badannya besar, dan tinggi?”.. mereka senyum, tetap diam dan menggelengkan kepalanya.
“Susilo Bambang Yudoyono” Reporter itu mengajari pelan-pelan “siapa?” mereka tertawa mendengar nama Bapak Presidennya saja seperti asing dan sulit untuk mengulang nama Susilo Bambang Yudoyono . Reporter itu mendekat salah seorang peserta didik yang sudah dewasa, “siapa ?” Ia terbata untuk mengulang nama “Su..su..””Susilo…..Bambang.. Yudoyono…” Reporter itu mengeja agar mereka dapat menghafal nama orang nomer satu di Indonesia itu.
“Hayo boleh disingkat SBY” “SBY”! baru mereka bisa menyebutkan serempak.
Dari cerita di atas semoga menjadi sebuah renungan buat Pemerintah kita yang kurang menyentuh beberapa tempat yang memang butuh sentuhan kita. Semoga tidak ada lagi diskriminasi pembangunan, mereka saudara kita, mereka bagian dari bangsa dan negara kita, bukankah sebuah IRONI besar ketika mereka masih hidup dalam keprihatinan ditengah modernisasi bangsa kita. jangan lagi ada kata "Papua Merdeka", karena sesungguhnya mereka telah merdeka bersama-sama kita. We hope it will be come true.....
Comments
Post a Comment